Pengertian oleh Dr. Abdullah Nasih Ulwan, dalam bukunya manajemen cinta. Cinta adalah fitrah manusia yang murni, yang tak penuh gairah, lembut, dan kasih sayang. Cinta adalah fitrah manusia yang murni, yang tak dapat terpisahkan dengan kehidupannya. Ia selalu dibutuhkan. Jika seseorang ingin menikmatinya dengan s=cara yang terhormat dan mulia, suci dan penuh taqwa, tentu ia akan mempergunakan cinta itu untuk mencapai keinginannya yang suci dan mlia pula.
didalam kitab suci Al-Qur'an, ditemui adanya fenomena cinta yang bersembunyi didalam jiwa manusia. Cinta memiliki tiga tingkatan-tingkatan : tinggi, menengah, dan rendah. Tingkatan cinta tersebut diatas adalah berdasarkan firman ALLAH SWT dalam suraj AT-Taubah ayat 24 yang artinya sebagai berikut :
"Katakkanlah : jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khwatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai dari pada ALLAH SWT dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai ALLAH SWT mendatangkan keputusan-Nya. dan ALLAH SWT tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
1. Cinta tingkat tertinggi adalah cinta kepada ALLAH SWT, Rasulullah dan berjihad di jalan ALLAH SWT.
2. Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami dan kerabat.
3. Cinta tingkat terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, kerabat, harta dan temapt tinggal.
bagi setiap orang islam yang bertaqwa, sudah menjadi keharusan bahwa cinta kedapa ALLAH SWT, pada Rasulullah dan berjihad di jalan ALLAH SWT, adalah merupakan cinta yang tidak ada duanya. Hal ini merupakn konsekwensi iman dan merupakan keharusan dalam islam. Bahkan itu didorong utama didalam menunjang tinggi agama.
tidak diragukan lagi bahwa seseorang yang telah merasakan kelezatan iman didalam hatinya, ia akan mencurahkan segala cintanya hanya kepada Tuhan. Karena ia telah meyakini bahwa dzat Tuhanlah yang maha sempurna, maha indah dan maha agung. Tak ada satupun selain DIA yang memiliki kesempurnaan sifat-sifat tersebut. Maka dengan ketulusan iman yang sejati itulah yang harus diikuti karena DIAlah yang maha tinggi, maha sempurna dan maha agung.
Sumber : sumber : dimyati.staff.gunadarma.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar