Minggu, 16 Oktober 2011

Tugas isd : PANCASILA

Contoh kasus yang dikutip dari artikel kompas.com :

“Sejatinya, konflik atau kerusuhan agama itu tidak ada di Indonesia, karena pemeluk Kristen dan Islam di Poso dan Ambon yang selamat dari konflik saat itu selalu diselamatkan tetangganya yang berlainan agama.”

Ketegangan 11/9 (11 September 2011) yang terjadi di Ambon agaknya ingin mengulangi kerusuhan Ambon sebelumnya untuk menyeret hal sepele menjadi pemicu munculnya konflik bernuansa agama.

Hal itu tidak jauh berbeda dengan konflik serupa di Poso yang terjadi hingga berkali-kali dengan target menjadikan kerusuhan yang ada sebagai konflik agama yang sebenarnya bersumber dari persoalan sepele.

Sejatinya, konflik atau kerusuhan agama itu tidak ada di Indonesia, karena pemeluk Kristen dan Islam di Poso dan Ambon yang selamat dari konflik saat itu selalu diselamatkan tetangganya yang berlainan agama.

Namun, indikasi adanya upaya untuk menyulut kerusuhan menjadi konflik agama itu selalu terlihat dalam jejak lokasi awal terjadinya kerusuhan, meski siapa yang merekayasa tak begitu jelas.

Buktinya, ketegangan 11/9 di Ambon dipicu rasa tidak puas keluarga Darvis Saiman, pengojek sepeda motor dari Waehaomg (permukiman warga Muslim) yang ditemukan tewas di kawasan Gunung Nona (permukiman warga Nasrani).

Mereka menduga kuat anggota keluarganya itu tewas dibunuh, namun hasil visum membuktikan korban tewas akibat kecelakaan murni, meski enam orang meninggal dunia dan 187 lainnya luka berat dan ringan akibat ketegangan 11/9 itu.

Pola serupa juga terjadi saat kerusuhan pertama meledak dan berkepanjangan di Ambon pada 19 Januari hingga 8 Maret 1999, kemudian disambung dengan perluasan kerusuhan ke Tual mulai 28 Maret hingga 6 April 1999.

Itu pun masih diulangi dengan kerusuhan Ambon II mulai 11 Mei hingga 3 Agustus 1999, sehingga kerusuhan di Ambon berlangsung setahunan sejak Desember 1998 hingga Desember 1999.

Tim Relawan Kemanusiaan (TRK) Maluku mencatat kerusuhan dipicu pemuda mabuk yang memeras dengan sopir angkutan kota di terminal, lalu terjadi pertengkaran, namun akhirnya berlanjut dengan tiga kejanggalan yakni pengerahan massa, teriakan provokasi, dan rekayasa selebaran.

Bukti adanya provokasi atau rekayasa juga ada dalam ketegangan 11/9 di Ambon itu yakni adanya upaya perluasan konflik melalui jejaring sosial seperti facebook, twitter, dan bahkan pesan singkat (SMS) yang sengaja disebarluaskan kemana-mana.

Akhirnya, Bidang Bimbingan Masyarakat (Bimmas) Kepolisian Daerah (Polda) Maluku pun berusaha "menandingi" provokasi itu melalui "perang" SMS untuk meminta warga Ambon tidak mudah terprovokasi oleh isu yang menyesatkan.

"Kalau imbauan seperti ini dikirim melalui pesan singkat atau membuat iklan layanan di media massa sejak awal, kemungkinan berbagai rumor negatif bisa dieliminasi sehingga tidak berdampak pada aksi bentrok antarwarga," kata warga penerima SMS di Ambon, Berthi S (13/9).

Pesan singkat yang dikirimkan Polda Maluku melalui nomor 3936 itu mengajak warga Maluku untuk tidak terprovokasi isu yang memecah belah dan menjaga kedamaian dan keamanan.

Tidak jauh berbeda dengan Ambon, di Poso juga ada upaya provokasi untuk memperluas kerusuhan itu yang diciptakan oleh entah siapa hingga Kerusuhan Poso I (25-29 Desember 1998) pun berlanjut pada Kerusuhan Poso II (17-21 April 2000), dan Kerusuhan Poso III (16 Mei - 15 Juni 2000).

Namun, kerusuhan Poso yang awalnya dipicu ulah pemuda mabuk yang menikam pemuda lain itu tidak terbukti dilakukan pemeluk Islam-Kristen yang sudah bertetangga dengan baik selama puluhan tahun.

Bahkan, sejumlah wartawan yang menjadi peserta pelatihan Jurnalisme Damai saat datang ke Poso (2001) menemukan bahwa masyarakat di kawasan Islam yang selamat umumnya dilindungi tetangganya yang beragama Kristen dan sebaliknya.

Sumber : kompas.com

Tema :

Pancasila sebagai dasar Negara dan aplikasi dalam kehidupan bernegara

Sesuai dengan 36 BUTIR-BUTIR PANCASILA/EKA PRASETIA PANCA KARSA sila pertama yaitu :

SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

Dari contoh soal diatas sudah ditegaskan bahwa kerusuhan yang terjadi antara agama islam dan kristiani di Poso dan Ambon berawal dari kerusuhan ambon 11 september 2011 ini , bermula dari kecelakaan yang dialami oleh tukang ojek yang bernama Darkin Saimen. Ia mengalami kecelakaan tunggal.

"Kejadian dari kecelakaan murni yang dialami Darkin Saimen yang mengendarai sepeda motor. Ia dari arah stasiun TVRI, Gunung Nona, menuju pos Benteng," kata Anton.

"Di daerah sekitar tempat pembuangan sampah, yang bersangkutan hilang kendali dan menabrak pohon gadihu. Ia kemudian menabrak rumah seorang warga di sana bersama Okto,"

Nyawa tukang ojek itu tak bisa terselamatkan sebelum sampai ke rumah sakit. Akan tetapi beredar kabar bahwa darkin saimen tewas akibat di bunuh, padahal itu merupakan kecelakaan murni kata anton.

"Dia dibawa ke rumah sakit dan meninggal. Lalu, ia diisukan dibunuh. Padahal, ia mengalami kecelakaan. Hasil otopsi dari dokter di sana bilang, dia kecelakaan murni. Hal ini di perkuat denagan beberapa keterangan saksi dan hasil otopsi, semua tidak ada tanda-tanda kekerasan. Itu kecelakaan murni," tutur Anton.

Kerusuhan yang diakibatkan oleh kematian pria tersebut, kata Anton, terjadi antara dua kelompok. Mereka saling melempar batu dan merusak sejumlah fasilitas. "Dua kelompok memang melakukan lempar-melempar dan sekarang sudah diredam. Itu ada dua kelompok lama. Dan kerusuhan tersebut dapat di redam oleh aparat keamanan. (sumber : kaskus-us.blogspot.com).

Dari sini beredar isu yang menjadi penambah bumbu kerusuhan yang memakai sarana jejaring sosial yang kebenarannya belum tentu benar apa adanya kerusuhan tersebut mengakibatkan kedua agama yang berlainan antara islam dan Kristen saling serang menyerang satu dengan yang lainnya sehingga terjadi kerusuhan yang menimbulkan korban.

Solusinya dari pihak bimas dan polda setempat sudah menghimbau agar masyarakat sekitar poso ambon tidak terprovokasi dengan isu-isu yang menambah panas suasana yang bertikai sesuai dengan 36butir salah satunya pada sila pertama adalah Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup. Sebagai masyarakat Negara Indonesia perbedaan adalah hal yang biasa dan seharusnya tidak menjadikan suatu perbedaan tersebut untuk saling membenci dan berperang antara satu dengan yang lainnya baik suku, agama, ras, antar golongan (SARA) dan menjadikan pancasila sebagai alat pemersatu bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar