Sengketa lahan di area pemakaman Mbah Priok alias Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad, Koja, Jakarta Utara, Rabu (14/4), berubah menjadi pertikaiaan berdarah. Lebih dari seratus orang, baik dari warga maupun petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan polisi mengalami luka-luka. Berikut kronologis kejadian tersebut.
Kerusuhan pertama kali terjadi di depan gerbang masuk area pemakaman yang dikeramatkan itu. Tanda-tanda bentrokan, mulai terasa, saat beberapa warga mulai terpancing emosinya, dengan keberadaan petugas Satpol PP dan polisi. Karena warga mulai beringas, polisi pun akhirnya menyemprotkan air dari Mobil Water Canon untuk membubarkan massa. Namun ini tidak berhasil, sebab massa yang menolak pembongkaran Makam Mbah Priok, membalas dengan lemparan batu.
Tidak cukup water canon, polisi pun menembakkan gas air mata. Beberapa orang yang dianggap provokator, juga ditangkap polisi. Massa yang sudah tercerai berai, meninggalkan beberapa kendaraan mereka. Karena panik, seorang warga bersembunyi di got kotor tertangkap polisi. Sedangkan sejumlah warga lainnya menyelamatkan diri ke dalam makam, dan rumah seorang habib.
Tetapi beberapa warga, tidak beruntung. Tidak mengenal usia, seorang anak menjadi bulan-bulanan pukulan aparat keamanan. Aksi anarkis dilakukan kedua belah pihak. Dari aparat keamanan pun korban berjatuhan. Puluhan orang luka-luka, dan jumlah korban tewas masih simpang siur. Namun, seorang saksi mata menuturkan melihat seorang warga yang diduga tewas.
Mbah Priok, dikenal Umat Islam sebagai penyebar ajaran Agama Islam di tanah Batavia, pada abad ke-18. Sosoknya begitu dihormati, sehingga kerap kali Umat Islam berziarah ke makamnya. Rasa hormat warga terhadap sosok karismatik Mbah Priok, laksana bensin dan percik api, yang mudah terbakar apabila tokoh yang mereka hormati direndahkan.
*Detik.com*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar